Menelisik Sejarah Masjid Kotagede, Tempat Ibadah Umat Muslim Tertua di DIY
Mendengar nama Kotagede apa yang terbesit di benak kalian ? Ya, lingkungan Kotagede memang dikenal sebagai penghasil kerajinan perak. Namun kali ini Ranselan.com tidak akan membahas tentang hal itu, melainkan mengenai Masjid Kotagede yang menjadi paling diminati untuk memperdalam agama, mendekatkan diri, dan intropeksi.
Masjid Kotagede merupakan masjid tertua di Jogjakarta, bangunan masjid dibangun sejak abad ke 16 Masehi atau sekitar tahun 1640 silam. Bangunan masjid sangat kental dengan budaya Jawa dan akulturasi agama yang dianut oleh warga Yogyakarta. Penasaran dengan sekilas sejarah Masjid Kotagede dan apa saja keunikannya ? Simak penjelasan kami berikut ini.
Masjid Kotagede
Masjid agung ini terletak kompleks Makam Raja Mataram yang berada di Banguntapan, Kabupaten Bantul. Jika menelisik lebih jauh, bangunan masjid dibangun secara bertahap pada abad 16 itu. Yang pertama bangunan inti dibangun oleh Sultan Agung dengan gaya Jawa yang identik dengan limasan, tiang-tiang penyangga dibuat dari bahan kayu. Kemudian pembangunan kedua dilakukan oleh Paku Buwono X, Raja Kasunanan Surakarta cirinya tiang penyangga terbuat dari besi.
Setiap tembok, tiang penyangga memiliki keunikan tersendiri serta artistik. Berada di sekitar masjid, akulturasi budaya begitu kental, sebab selain Jawa nuansa Hindu, Budha hingga China nampak jelas di setiap detail bangunan masjid. Misalnya saja pada gapura, atap dan lainnya.
Sejak awal pembangunan masjid ini memang dimaksudkan untuk menunjukkan toleransi antar masyarakat yang begitu kuat. Maklum saja, pada abad tersebut kepercayaan yang dianut sudah mulai beragam, Hindu dan Budha pada saat itu begitu dominan, kemudian masuklah islam di wilayah Yogyakarta. Kepercayaan animisme dan dinamisme juga dipegang teguh oleh masyarakat.
Barang-barang di Masjid yang masih dijaga kelestariannya.
Memasuki kawasan Masjid Kotagede rasanya begitu adem, banyak orang keluar masuk usai menjalankan ibadah. Masyarakat sekitar pun juga begitu ramah, begitu menunjukkan orang asli Jogja dengan kesederhanaannya dan keramahannya. Selain itu juga begitu asri, pohon besar tumbuh subur tidak menimbulkan nuansa seram namun justru asri.
Terdapat sebuah parit yang dulunya sebagai aliran air wudhu mengitari bangunan inti. Namun sekarang parit ini dimodifikasi, kemudian disebar ikan untuk mempercantik sekitar masjid.
Terdapat beberapa benda bersejarah yang dulunya selalu digunakan, namun untuk menjaga keaslian dan keutuhannya saat ini terpaksa disimpan dan jarang digunakan.
1. Bedug
Sebuah bedug berbahan kayu dan kulit terpajang di dalam masjid. Bedug ini merupakan pemberian dari seorang tokoh ternama dari Kabupaten Kulon Progo. Ukurannya tidak terlalu besar, namun suaranya begitu lantang saat dipukul sebagai penanda waktu sholat. Sampai sekarang bedug ini masih sesekali digunakan. Sebagai informasi, bedug tersebut usianya hampir sama dengan usia Masjid Kotagede.
2. Mimbar
Pada abad 16 silam, Sultan Agung berkunjung ke Palembang usai menunaikan ibadah haji. Kedatangannya ke Palembang untuk menjenguk seorang adipati. Sebagai bentuk penghargaan atau tali asih, sepulang dari situ ia diberi mimbar berbahan kayu full ukir.
Dari situlah mimbar ini digunakan untuk berkhotbah menyebarkan ajaran agama islam. Seiring dengan berjalannya waktu, mimbar ini tidak digunakan lagi agar tidak rusak dan tetap terjaga keasliannya.
Banyak sekali warga dari luar daerah maupun dari DIY yang berkunjung ke sini untuk beribadah, memperdalam ilmu agama. Jadi kalian apakah tertarik berkunjung ke Masjid Kotagede untuk berwisata religi ? Jangan lupa ajak sanak saudara kalian.